Pages

Wednesday, September 18, 2013

Upacara Pediksan,Pelaksanaan Seda Raga Bhawati Jro Gde Okin Adiyana

13 September 2013 // persindonesia.com 
KETRTA DALEM DENPASAR - Seseorang yang me-Diksa tentu sudah memenuhi syarat-syarat formal,diantaranya menemukan Nabe yang bersedia mengangkatnya menjadi Oka(murid). Adalah seorang yang selalu dalam keadaan bersih dan sehat baik lahir maupun bathin.mampu melepaskan diri dari ikatan keduniawian,tenang dan bijaksana,selalu berpedoman kepada Kitab Suci Weda,paham dan mengerti tentang Catur Weda,mampu membaca Sruti dan Smrti,teguh melaksanakan Dharma-Sadhana (sering berbuat amal, jasa, dan kebajikan) teguh melaksanakan Tapa Brata.
      Selanjutnya diterima secara resmi menjadi murid/ Oka dengan upacara “Meperas Dados Oka” sekaligus pawintenan menjadi “Jero Gde/Diksita” (murid utama untuk belajar kesucian). Sejak saat itu Jero Gde/Diksita “aguron-guron” (belajar teori dan praktik) menjadi Sulinggih sambil mempersiapkan mental dan perilaku suci agar memenuhi persyaratan spiritual.
 Lamanya masa aguron-guron ini tergantung pada penilaian Nabe. Apabila dinilai sudah cukup matang, maka calon Diksa mempersiapkan kelengkapan administrasi seperti:
        Surat permohonan mediksa kepada PHDI Kabupaten/Kota,Surat Keterangan berbadan sehat, berkelakuan baik, riwayat hidup, riwayat pendidikan, persetujuan istri, dukungan warga (dadia), dan pas-foto.
Setelah menerima surat permohonan itu, PHDI mengadakan penelitian baik kepada calon Diksa maupun kepada Nabe-nya. Seterusnya diadakan Diksa Pariksa (ujian lisan) oleh PHDI. Apabila dinyatakan lulus dan memenuhi syarat maka dikeluarkanlah Surat Ijin Madiksa oleh PHDI.
     Puncak upacara Madiksa didahului dengan upacara “seda raga”,untuk menghilangkan “sadripu” calon Diksa. Setelah seda raga, dilaksanakan upacara Diksa sehingga “lahirlah seorang Dwijati” yang sudah berubah dibanding ketika masih “walaka”
 
    Upacara Seda-Raga, yaitu suatu upacara yang dilakukan sebelum “me-Diksa” menjadi Brahmana (Pandita). Prosedur mati seperti wafatnya Panca Pandawa: mulai dari kaki (Nakula-Sahadewa), suhu badan menurun-dingin (Arjuna), tenaga (Bima), terakhir: Atman(Yudistira).
Sedangkan yang memindahkan atman ke “daksina lingga” adalah Nabe. Mula-mula Diksita duduk di depan beliau dan seluruh tubuh dibungkus kain kafan dengan rerajahan tertentu. Dengan mantra-mantra khusus,menjadikan Diksita mati raga.
     Setelah mati raga kemudian diusung oleh keluarga dan ditidurkan di bale,tetap dengan rurub dan ada banten pengabenan lengkap. Dilanjutkan oleh puja Nabe menghantarkan atman dari Diksita ke alam nirwana,disertai doa,doa para nabe (nabe Guru Waktra & Nabe Guru Saksi) dalam bahasa sansekerta.
     Tujuan Seda/mati raga adalah untuk menghilangkan “sadripu” calon Diksa. Setelah seda raga, dilaksanakan upacara Diksa sehingga “lahirlah seorang Dwijati” yang sudah berubah dibanding ketika masih “walaka”,mengetahui jalan ke nirwana sehingga bila jadi Sulinggih, nanti bisa menuntun atma-atma yang diupacarai Pitra Yadnya dan bahkan bisa menasihati mereka yang disebut dalam istilah di Lontar yaitu Ngentas atma. Jadi kalau belum melalui upacara seda raga, belum bisa,belum siap,belum boleh muput Pitra Yadnya.
Proses Diksa/Penobatan Sulinggih.
      Seseorang yang me-Diksa tentu sudah memenuhi syarat-syarat formal,diantaranya menemukan Nabe yang bersedia mengangkatnya menjadi Oka(murid). Diksita adalah seorang yang selalu dalam keadaan bersih dan sehat baik lahir maupun bathin.mampu melepaskan diri dari ikatan keduniawian,tenang dan bijaksana,selalu berpedoman kepada Kitab Suci Weda,paham dan mengerti tentang Catur Weda,mampu membaca Sruti dan Smrti,teguh melaksanakan Dharma-Sadhana (sering berbuat amal, jasa, dan kebajikan) teguh melaksanakan Tapa Brata.
     Selanjutnya diterima secara resmi menjadi murid/ putra dengan upacara “meperas” sekaligus pawintenan menjadi “Jero Gde/Diksita” (murid utama untuk belajar kesucian). Sejak saat itu Jero Gde/Diksita “aguron-guron” (belajar teori dan praktik) menjadi Sulinggih sambil mempersiapkan mental dan perilaku suci agar memenuhi persyaratan spiritual.
      Lamanya masa aguron-guron ini tergantung pada penilaian Nabe. Apabila dinilai sudah cukup matang, maka calon Diksa mempersiapkan kelengkapan administrasi seperti:Surat permohonan mediksa kepada PHDI Kabupaten/Kota,surat keterangan berbadan sehat, berkelakuan baik, riwayat hidup, riwayat pendidikan, persetujuan istri, dukungan warga (dadia), dan pas-foto.
       Setelah menerima surat permohonan itu, PHDI mengadakan penelitian baik kepada calon Diksa maupun kepada Nabe-nya. Seterusnya diadakan Diksa Pariksa (ujian lisan) oleh PHDI. Apabila dinyatakan lulus dan memenuhi syarat maka dikeluarkanlah Surat Ijin Madiksa oleh PHDI.
Puncak upacara Madiksa didahului dengan upacara “seda raga yang akan melahirkan seorang Dwijati.
Tgl 13 September 2013
Pelaksanaan Upacara Mediksa Jero Gde Okin Adiyana/Bhawati,”Seda Raga”.
     Dimulai dengan Upacara melaspas mendem pedagingan/dasar,dengan tujuan merubah setatus rumah/Kediaman menjadi Gria,upacara dilaksanakan secara lengkap disertai baris,rejang,wayang lemah,Topeng Sida Karya.
Jero Mangku Gde Okin Adiyana/Bhawati melakukan upacara Seda Raga sebagai puncak upacara Pediksan menjadi seorang Brahmana Dwijati. Proses Upacara dimulai sejak sore hari dimulai dengan puja dari para Nabe.Seda Raga dilaksanakan sekitar jam 6 sore ,atma Sang Diksita dientas dipindahkan ke Daksina Lingga oleh Nabe ,setelag seda raga/mati raga kemudian raga kosong tersebut dipindahkan ke bale, seda raga dilaksanakan hingga keesokan jelang pagi. Diksita diperlakukan selayaknya sebagai seorang yang sudah meninggal dunia,lengkap dengan banten Pengabenan lengkap.
     Keesokan jelang pagi para nabe mengembalikan atman diksita dimasukkan kembali ke badannya dengan mengunakan doa mantra, membangunkan dan kembali seperti sediakala,namun diartikan telah dilahirkan kembali menjadi seorang Dwijati,sekaligus berhak mengunakan prucut (rambut yang diikat ke bagian atas kepala) , dilanjutkan dengan Ngelinggihan Weda/Puja , Mepulanglingga,jadilah Sang Brahmana Dwijati Abhiseka “Ida Panditha Sri Begawan Penyarikan Cista Dharma Jnah Dwija Loka”.
 
     Tgl 14 September 2013, dimulai sejak jam 8 pagi masyarakat sekitar beserta undangan dari berbagai kalangan datang berduyun ke Gria taman Sari Sida karya,guna mengucapkan selamat kepada Ida Panditha Sri Bhagawan Penyarikan,diantaranya yang hadir ; Ketua Pesemetonan Bali-Fukuoka Jepang AA Ngr Gde Widiada,bersama Konsul Jepang,tokoh masyarakat,dll. Secara Khusus perwakilan PHDI Bali ikut hadir sebagai saksi sekaligus lisensi telah sah menjadi Brahmana Dwijati,sekaligus mengucapkan selamat,dalam sekapur sirihnya mewakili PHDI Bali memaparkan  ;
     Dengan bertambahnya sulinggih di bali diharapkan akan membawa Bali kearah yang lebih baik lagi,melalui doa-doa yang dilakukan oleh para sulinggih(Nyurya Swana),kesucian Bali akan membawa keseimbangan kehidupan bagi kita semua,demikian diungkapkan seraya mengharap agar Ida Pandhita Sri Bhagawan Penyarikan sebagai Sulinggih yang baru tetap memegang komitment memegang Dharma seorang Brahmana Dwijati/Sulinggih.
    Ida Panditha Sri Bhagawan Penyarikan secara singkat mengungkapkan , komitment akan tetap melaksanakan Dharma sebagai seorang Sulinggih,karena telah merupakan pituduh/jalan hidup yang diberikan oleh Hyang Siwa/Hyang Maha Kuasa,melaksanakan Dwijati Seda Raga dan kini telah terlahir sebagai Brahmana Dwijati, suatu kebahagiaan telah menjadi abdi Siwa sekaligus mengimplementasikan pegabdian diri ke dalam Dharma Agama dalam kehidupan. Sesuai dengan Dharma seorang Bramana Dwijati,demikian ungkapan Ida Sri Bhagawan Penyarikan.
     Secara singkat Ida Sri Bhagawan Penyarikan menuturkan pengalamannya saat melakukan seda raga “ jiwa terasa terlepas dari badan,melayang berputar-putar ,dan bisa melihat jasad kita mati/seda terlentang di atas balai,mati bukan sesuatu yang menakutkan,namun sebuah kesucian,keindahan untuk menuju sesuatu hal yang baru,demikian.
  
(Gus & dari berbagai sumber), Persindonesia.com


Untuk Foto Kegiatan Lihat di bawah ini


 

Powered by TripAdvisor

0 comments :

Post a Comment

Postingan Terbaru