Senin, 14 Desember 2009 | |
ISTRI Perdana Menteri Jepang Mrs. Miyuki Hatoyama seakan tahu betul anak-anak Raj Yamuna School sudah menunggu kedatangannya sejak pagi. Usai mengucapkan “terima kasih”, pertanyaan pertama yang diajukannya saat memberi sambutan adalah, apakah anak-anak di sini tidak lapar? Hadirin yang duduk di deretan undangan hanya tertawa. “Ya, saya yakin mereka lapar,” kata Miyuki lagi. Miyuki dijadwalkan hadir pukul 11.00 di Raj Yamuna School, Kamis (10/12). Tetapi, istri Yukio Hatoyama ini baru tiba pukul 12.15. Gilirannya memberi sambutan, pukul 12.30. “Biasanya anak-anak istirahat untuk makan kudapan pukul 10.00,” ujar salah satu orangtua murid yang hadir di acara itu. Pukul 12.15, jadwal makan siang. “Jelas anak-anak lapar,” katanya. Meski begitu, antusiasme anak-anak menerima kedatangan Mrs. Miyuki Hatoyama yang didampingi istri Duta Besar Jepang Nobuko Shiojiri mengalahkan rasa lapar yang menyerbu. Anak-anak dibagi dalam berbagai kelompok. Ada yang bertugas menyambut di pintu gerbang; mengalungi bunga, menabuh baleganjur, bermain drumband, dan geguntangan. Ada juga yang bertugas memasak, menari, mendemonstrasikan keterampilan menggambar, dan menyanyikan lagu berbahasa Jepang. “Raj Yamuna School sangat bagus karena tidak mementingkan belajar akademis saja, tetapi juga pelajaran lain seperti tarian, musik, dan lagu-lagu,” kata Miyuki. Ia juga terkesan karena di Raj Yamuna School banyak anak-anak Jepang belajar di sekolah tersebut dan murid-murid pun belajar bahasa Jepang. Dalam lawatannya ini, Mrs. Miyuki Hatoyama menandatangani prasasti memori kunjungannya ke sekolah yang dinaungi Yayasan Madokin itu. “Kunjungan Ibu Negara Jepang ini adalah spirit bagi Raj Yamuna School karena lawatannya ini adalah kehendak istri Perdana Menteri Jepang sendiri,” ujar I Made Okin Adnyana, S.E., M.T., M.Si. Ketua Yayasan Madokin. Sejak didirikan tahun 1979, Raj Yamuna School telah menjalin kerja sama dengan sekolah di Jepang. Tiap tahun, mereka mengadakan pertukaran pelajar dan guru. “Kami mengirim anak-anak yang berusia 9-10 tahun agar orang Jepang tahu, anak-anak usia tersebut pun bisa mandiri,” kata Made Okin. “Apa nama masakannya?” tanya Mrs. Miyuki saat berhenti di stan masakan capcay. “Capcay? Apakah seperti masakan di Korea?” katanya lagi. “Ini masakan Cina,” jawab peserta. Miyuki berhenti lama saat di demo membuat jaja uli. Dia terkesan dengan tape ketan dan cara membuat jaja uli. “Ini seperti di Jepang,” ujarnya. Tanpa ragu, ia meminta alu dan menggantikan siswa yang bertugas, menumbuk jaja uli tersebut. “Tolong bahan jajannya dibalik,” pintanya pada siswa yang bertugas. Saat mengunjungi anak-anak yang mendemonstrasikan keterampilan menggambar, Mrs. Miyuki mendapat kenang-kenangan berupa gambar karya siswa. “Ini untuk saya? Terima kasih,” katanya senang. Senang dan bangga juga dirasakan keluarga besar Raj Yamuna. “Akhirnya bisa tidur Pak,” goda salah satu orangtua murid yang hadir di acara itu pada Okin Adnyana. “Iya, sudah empat hari ini sibuk sekali mengurus persiapan acara,” ujarnya sembari menerima ucapan selamat dari undangan. “Saya lega, akhirnya selesai dengan sukses. Semalam tak bisa tidur memikirkan acara ini, takut ada yang kurang. Saya sempat stres karena sehari sebelumnya, ada yang bertanya pengaturan tempat duduk saat acara. Saya hanya berdoa, mereka bukan orang jahat. Ternyata, mereka intelejen,” kata Suarni, Kepala SD Raj Yamuna usai acara. Raj Yamuna boleh berbangga, karena menjadi satu-satunya sekolah yang dikunjungi istri Perdana Menteri Jepang dalam lawatannya kali ini. – rat |